Menu Berita


Senin, 27 Mei 2013

Ketika Sipir Berubah Menjadi 'Monster'

Riko saat dirawat di RSUD Curup, ditemani keluarga.
Napi digebuk hingga Muntah Darah dan Berak Darah. Orang Tua Korban ancam melapor ke Komnas HAM

CURUP, HK: Rabu, 8 Mei 2013. Pagi itu, sekitar pukul 9, Riko tengah membaca surat Yasin di masjid yang terletak di dalam kawasan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Sejak dilaporkan sang istri karena perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), lelaki berusia 38 tahun itu kini tak bisa menghirup udara bebas seperti selama ini.

Warga Kabupaten Lebong, penghuni Blok B kamar B2 itu sekarang menjadi manusia yang kebebasannya terenggut. Mungkin membaca Surat Yasin adalah salah satu jalan untuk menenangkan batin dan pikirannya sejak resmi menjadi warga binaan Lapas Curup.

Rupanya, hidup di dalam Lapas tidaklah mudah. Semua serba keras. Dan petaka itu pun dialami oleh Riko, pada Rabu 8 Mei itu.

Saat sedang membaca Surat Yasin pagi itu, seperti biasa di Masjid, ia dipanggil sipir penjara. Kata sipir saat itu, ada orang yang mau menjenguk Riko sehubungan dengan kasus yang menimpanya.

Celakanya, pemberitahuan itu tidak serta-merta Riko turuti. Ia masih asyik meneruskan membaca surat ke 36 Al Quran yang kerap dibaca di acara kematian itu. Jelas saja, ia akhirnya terlambat sekitar 10 menit menemui si pembesuk.

Usai pertemuan dengan pembesuk, memang belum terjadi apa-apa. Sekitar pukul 14.00 WIB, tepatnya usai apel siang, ia kembali dipanggil 2 orang petugas Lapas. Kali ini, Riko disuruh duduk di lantai. Selang satu menit duduk, kedua petugas ini lang-sung memukul pipi Riko.

Riko terkejut dan sangat takut. Sialnya, serangan itu tak kunjung berhenti. Kedua petugas ini bak sesosok monster, terus saja melampiaskan emosinya. Bogem mentah pun kembali bersarang ke dada dan perut pria Lebong ini tanpa ampun. Itu belum seberapa.

“Mereka meletakkan pemacis api di antara jari tangan kiri saya dan langsung diremas erat–erat seperti memeras santan sambil mereka menginjak perut saya,” ungkap Riko.

Mendapat ‘gemblengan ilmu kanuragan’ seperti itu, kontan saja membuat Riko harus dilarikan ke rumah sakit pada pukul 20.00 WIB. Dia harus segera diberi pertolongan.

Di RSUD Curup diketahui kalau Riko mengalami sejumlah luka lebam di bagian pipi, luka dalam di bagian dada, serta perut. Konon, Riko sempat mengalami masa kritis sesaat sebelum dilarikan ke rumah sakit. Ia muntah darah dan berak darah.

Saat masih dirawat di rumah sakit, kepada wartawan Riko bercerita dan mengaku kenal dengan salah seorang sipir penjara yang menggebuk dia Rabu petang itu. 

“Saya hanya kenal 1 dari 2 petugas lapas itu, yaitu YN,” ucap Rico.

Dari pengakuan Riko juga, ternyata kekerasan seperti yang baru saja dialaminya itu sesungguhnya tidak hanya menimpa dirinya.

“Napi lain juga sering mengalami hal seperti saya ini. Tapi kami tidak berani mengadu. Lagian kami mau mengadu kemana, kami ini hanya orang kecil yang selalu disiksa oleh mereka,” ungkap Riko

Bakal Melapor ke Komnas HAM
Rusli, ayah kandung Riko, gusar bukan main. Pria berusia 50 tahun ini mengancam bakal melaporkan kasus ini ke polisi jika pihak Lapas tidak ada iktikad baik untuk menyelesaikan kasus pemukulan itu.

Bahkan, jika belum tuntas juga, demi mendapatkan rasa keadilan, Rusli berniat mengadukan kasus ini ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta.

Permintaan Rusli dan keluarga sebenarnya tidak banyak. Mereka cuma meminta agar para pelaku ditindak tegas, kemudian, menanggung seluruh biaya pengobatan sampai sembuh.

“Kalau tidak, kami akan melaporkan ke Komnas HAM,” ancamnya penuh emosi.

Di samping itu, Rusli juga meminta jaminan keamanan dan keselamatan setelah Riko pulih dan kembali menjalani sisa hukuman di Lapas Curup.

Kalapas Bantah Isyu Pemukulan
Uniknya, dalam sebuah pemberitaan koran setempat, Kepala Lapas Curup Edi Prayitno, keberatan jika kondisi memilukan Riko disebut-sebut sebagai akibat pemukulan anak buahnya.

Namun, dia berjanji akan menyelidiki peristiwa itu setelah Riko pulang dari rumah sakit nanti.

“Soal pemukulan itu saya belum tahu. Jika nantinya, ternyata terbukti ada kejanggalan terhadap peristiwa tersebut maka saya akan tindaklanjuti kasus ini secara tegas,” kata Edi.

Kata Edi, ia sudah menginstruksikan untuk menyelidiki kasus ini hingga tuntas. Pihaknya berjanji akan memintai keterangan Riko sepulang korban dari Rumah Sakit.

“Jika terbukti, selain sanksi teguran dan tertulis, secara aturan akan dilakukan pemotongan gaji terhadap oknum petugas Lapas,” ujar Edi.

Reporter: FRANKY ADINEGORO

1 komentar: